BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan maju
indonesia sehat adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk hidup dalam
lingkungan sehat dan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu faktor
pendukung untuk meningkatkan derajat yang optimal adalah dengan cara
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) (Depkes, 2010).
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan
kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita
dalam waktu sesingkat mungkin. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan
termakan habis akan mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat.
Penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat menjadi prinsip dasar
penyelenggaraan makanan di rumah sakit karena pelayanan makanan rumah sakit
diperuntukkan untuk orang sakit dengan ancaman penyebaran kuman pathogen yang
tinggi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah
makanan dapat menimbulkan dampak negatif
seperti penyakit dan
keracunan akibat bahan kimia,
mikroorganisme, serta dapat
pula menimbulkan alergi (Adam, 2011).
Rumah
sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya. Dalam konsep
Perpectif mutu total (Perpectif Total
Quality) dikatakan bahwa pasien merupakan penilaian terakhir dari kualitas,
sehingga kualitas dapat dijadikan salah satu senjata untuk mempertahankan
pasien di masa yang akan datang. Kualitas pelayanan sangat penting dalam meningkatkan
kepuasaan pasien dan dengan sendirinya akan menimbulkan citra rumah sakit
tersebut (Wikipedia, 2010).
penyelenggaraan
makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status yang
optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal
melalui pemberian makan yang tepat (Depkes, 2010).
Pramusaji adalah orang yang
bertugas atau bekerja dalam bidang penyajian makanan dan minuman. Namun
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, pramusaji tidak hanya bertugas menyajikan
makanan dan minuman kepada konsumen atau pasien di rumah sakit. Seorang
pramusaji harus memiliki ketrampilan untuk menawarkan makanan dan minuman dan
menjual produk tersebut sehingga menciptakan suatu produk bagi perusahaan.
Barometer pengukur berhasil atau tidaknya pramusaji dalam melaksanakan tugasnya
adalah kepuasan dari tamu yang dilanyan terhadap produk makanan dan minuman
(Fera, 2009).
Pramusaji
dalam dunia pelayanan jasa makanan dan minuman berfungsi sebagai aset ataupun
obligasi yang loyal yang mengedepankan visi dan misi managemen dan pramusaji
itu sendiri. Baik pramusaji ataupun manajemen harus secara berkesinambungan
dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mewujudkan visi dan misi rumah sakit tersebut. Didunia
rumah sakit modern khususnya dbidang makanan dan minuman pramusaji tidak hanya
bertugas melayani proses penyajian makanan dan minuman saja (Fera, 2009).
Perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan
(Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan
atau aktifitas organisme yang bersangkutan. perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (
Notoatmodjo, 1993).
Perilaku
atau tingkah laku seseorang terjadi akibat adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Artinya kedua belah pihak, baik individu maupun
lingkungan sama-sama mempunyai peranan dan terjadinya mekanisme perilaku
manusia (Notoatmodjo, 1993).
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat diketahui betapa pentingnya peranan pramusaji dalam pendistribusian makanan di rumah sakit. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana gambaran standar pramusaji
dalam menyajikan makanan kepada pasien di RSUDZA Banda Aceh.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka
perumusan masalahnya adalah bagaimanakah perilaku pramusaji dan betapa penting
peranan pramusaji dalam pendistribusian makanan di RSUDZA Banda Aceh.
C. Tujuan
penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran prilaku pramusaji dalam menyajikan
makanan kepada pasien di RSUDZA Banda Aceh.
2. Tujuan khusus
a.
Untuk
mengetahui bagaimana prilaku pramusaji (mengucapkan salam, menyapa pasien,
berbicara dengan pasien) pada saat pendistribusian makanan di RSUDZA Banda
Aceh.
b.
Untuk
mengetahui bagaimana tindakan pramusaji (mengetuk pintu, senyum dan
mempersilahkan makan pasien) pada saat pendistribusian di RSUDZA Banda Aceh.
D. Manfaat
penelitian
1.
Bagi
Instansi terkait
Diharapkan dapat memberikan gambaran
dan informasi untuk penyempurnaan prilaku
pramusaji dalam menyajikan makanan kepada
pasien di instalasi gizi RSUDZA Banda Aceh.
2.
Bagi
Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan, wawasan
serta pengalaman dan informasi tentang gambaran prilaku pramusaji dalam
menyajikan makanan kepada pasien di RSUDZA Banda Aceh.
E. Keterbatasan
penelitian
Karena
keterbatasan waktu dan tenaga maka peneliti hanya meneliti gambaran prilaku
pramusaji dalam menyajikan makanan selama 5 hari Di RSUDZA Banda Aceh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian pramusaji
Pramusaji adalah orang yang bertugas atau bekerja dalam
bidang penyajian makanan dan minuman. Namun dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya, pramusaji tidak hanya bertugas menyajikan makanan dan minuman
kepada konsumen atau pasien dirumah sakit. Seorang pramusaji harus memiliki
ketrampilan untuk menawarkan makanan dan minuman dan menjual produk tersebut
sehingga menciptakan suatu produk bagi perusahaan. Barometer pengukur berhasil
atau tidaknya pramusaji dalam melaksanakan tugasnya adalah kepuasan dari tamu
yang dilanyan terhadap produk makanan dan minuman (Fera, 2009)
B.
Peranan pramusaji
Pramusaji memiliki peranan sebagai penyaji hidangan memang tugas pokok
seorang pramusaji, namun menyajikan
secara benar dengan standar pelayanan yang telah ditentukan belum tentu dapat
memberikan kepuasan pada tamu atau pasien
yang dilayani. Untuk itu, pramusaji harus benar-benar memahami dari
hakikat pelayanan yang diberikan kepada tamu atau pasien
serta aspek pendukung lainnya sehingga dapat memberikan kepuasan yang
mengesankan kepada atau pasien dirumah sakit (Fera, 2009).
Menurut Fera, (2009) Dalam
pelayanan, pramusaji memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Sebagai
pemandu selera
Pramusaji menuntun tamu untuk
mendapat kembali selera makannya, karena kadang kala ada tamu yang bingung akan
makanan dan minuman yang akan dipesannya. Maka dalam hal ini, tugas pramusaji
lah yang menawarkannya.
2. Sebagai
penyaji hidangan
Pramusaji dituntut untuk melayani
pnyajian makanan dan minuman kepada para tamu, sesuai dengan standarisasi yang
dimiliki oleh hotel itu sendiri yang dapat membuat tamu merasa puas dan nyaman
terhadap pelayanan itu.
3. Sebagai
data perusahaan
Pramusaji dalam hal ini perusahaan
untuk menerima, melayani dan memberikan perhatian kepada para tamu yang dating,
reputasi perusahaan sangat didukung oleh pramusaji yang telah memiliki sikap
dan kepribadian yang baik sehingga secara keseluruhan pramusaji merupakan duta
dari perusahaan itu.
4. Sebagai
seseorang waraniaga
Pramusaji selalu menjaga kekayaan
perusahaan, efisien pramusaji juga harus bisa memperhatikan pelanggannya dan
mendatangkan langanan baru bagi perusahaan itu.
C.
Hal
mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pramusaji.
Fera (2009),
mengemukakan bahwa Seorang pramusaji yang berharap untuk maju harus memiliki
beberapa standard lain, Pramusaji harus bisa menciptakan pelayanan yang baik
dan menimbulkan kesan terhadap pelanggan. Standar tersebut adalah hal mendasar
yang dimiliki oleh seorang pramusaji dan hal- hal dibawah ini bisa membantu
seorang pramusaji mencapai standar sebagai seorang pramusaji yang profesional.
1. Personal
Hygiene
Hal ini sangat penting mengingat
seorang pramusaji berhubungan langsung dengan tamu dan menangani pelayanan
makanan dan minuman penanganan pelayanan tersebut membuat pramusaji harus dekat
dengan tamu atau konsumen. Kesegaran
individu adalah hal yang paling penting. pramusaji dilarang bersandawa,
batuk ataupun menghembuskan napas berdekatan dengan makanan atau peralatan makanan selama dalam proses
pelayanan dan penghidangan makanan.
2. Disiplin
Waktu
Hal ini sangat penting
mengingat disiplin bisa mendorong pramusaji menjadi lebih profesional. Karena
jika seorang pramusaji tidak disiplin dengan waktu, dan selalu terlambat dalam
melakukan tugas secara berkala ataupun terus menerus ini menunjukkan kalau
pramusaji tersebut menunjukkan kurang memiliki kinerja yang baik.
3. Kepribadian
Seorang pramusaji harus
cekatan, ramah, dan memiliki selera humor yang baik dan mampu menahan amarah.
Pramusaji harus mampu berbaur dengan pelanggan/ tamu dalam berbicara dan memiliki kemampuan untuk
tersenyum di waktu dan tempat yang tepat. Dengan kemampuan personality dan menjadikan hal ini sebagai
atribut. Pramusaji bisa membantu menejemen karena kemampuan personality bisa
menjadikan seorang pramusaji menjadi wiraniaga yang baik.
4. Sikap
Terhadap Tamu Pendekatan yang tepat kepada pelanggan adalah hal yang paling penting, pramusaji tidak
harus berlebihan tetapi lebih kepada mengantisipasi keinginan tamu dan
keperluannya. Pramusaji harus benar- benar memperhatikan tamu. Pelayanan
terhadap tamu diharuskan dilakukan dengan seksama dan penuh perhatian terlebih
terhadap tamu yang sulit untuk di ajak berinteraksi saat proses pelayanan.
Pramusaji diharapkan tidak berargument dengan tamu kecuali untuk menenangkan keadaan Pada saat
penanganan complant untuk menghindari ketegangan dalam kejadian complant,
pramusaji harus berkoordinasi dengan kepala pelayanan/ head waiter ataupun
langsung kepada manejemen.
D.
ETIKA
1.
Pengertian
etika
Etika adalah suatu ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan ajaran moral. (Wikipedia, 2010).
2.
Peranan etika
Peranan etika bagi aktivitas
mahasiswa yaitu menjadi landasan dalam melakukan kegiatan yang tetap mengacu
atau melihat nilai-nilai dan norma-norma, sehingga segala perbuatan dan tingkah
laku kita dapat diterima masyarakat (Wikipedia, 2010).
3.
Etika
pramusaji
1. Sopan
dan ramah kepada siapa saja
2. Memberi
perhatian kepada orang lain
3. Ingin
membantu
4. Memilki
rasa toleransi
5. Dapat
menguasai diri
6. Berbicara
dengan wajar
7. Tidak
bersikap kasar
(Wikipedia, 2010).
E.
Sikap
1.
Pengertian
sikap
Sikap adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan. Maka
sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang
berulang-ulang Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu
masyarakat (Admin, 2012).
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Sikap.
Admin (2012), mengemukakan bahwa Proses belajar sosial
terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
a.
Pengalaman
pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas.
b. Kebudayaan.
Menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak
lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah
reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari
masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku
yang lain.
c.
Faktor emosi dalam diri
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang.
F. PERILAKU
1. Pengertian
perilaku
Perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas,
2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan. perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. ( Notoatmodjo, 2005).
2.
Klasifikasi perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005), dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap
stimulusnya dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.
b). Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
Menurut Notoatmodjo (2005) bentuk operasional
dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Perilaku
dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari
luar.
2. Perilaku
dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang
ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama
adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia
sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua
adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.
3. Perilaku
dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action
terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
3.
Faktor-faktor yang berperan dalam
pembentukan perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005)
faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu:
1. Faktor internal
Faktor yang berada dalam diri individu
itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan
sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan
penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara
lain dapat dilihat sebagai berikut:
a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan
perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan
oleh motivasi yang berbeda.
b. Motivasi mengarahkan perilaku pada
tujuan tertentu.
c. Penguatan positif menyebabkan satu
perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.
d. Kekuatan perilaku dapat melemah
akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.
2.
Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berada diluar
individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil
kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
G.
TINDAKAN
1.
Pengertian
tindakan
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret
seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek
psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi
( Notoatmodjo, 2005)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,
untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005), Adapun tingkatan-tingkatan dalam
tindakan atau praktek adalah:
1.
Persepsi.
Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2.
Respon terpimpin
Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3.
Mekanisme
Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4.
Adopsi
Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
BAB III
KERANGKA
PENELITIAN
A.
Keranga Teori
Penelitian
Dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui gambaran prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan
kepada pasien di Instalasi Gizi di RSUDZA Banda Aceh. Secara konseptual hal ini tersebut dapat di
gambarkan pada skema berikut ini:
( Notoatmodjo, 2005)
Gambar 1. Kerangka Teori Peneliti.
B. Kerangka
Konsep
Dalam
penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana tata cara pramusaji dalam
menyajikan makanan di Instalasi Gizi di RSUDZA Banda Aceh. Secara konseptual hal
ini tersebut dapat digambarkan pada skema berikut ini
Tindakan baik dan
tidak baik
|
Gambar 2. Kerangka
konsep peneliti
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat ukur
|
Cara
ukur
|
Skala
ukur
|
1
|
Prilaku
pramusaji
|
Tindakan pramusaji
yang sifatnya dapat diamati, bisa digambarkan dan dicatat dalam menyajikan
makanan kepada pasien (Notoadmodjo, 2005).
|
Pengamatan
(observasi)
|
Baik : ≥ 80 %
Cukup : 60 – 79%
Kurang : < 60 %.
|
Ordinal
|
2
|
Tindakan
baik dan tidak baik
|
Suatu
tindakan yang dilakukan oleh pramusaji (Notoadmodjo, 2005).
|
Pengamatan (observasi)
|
Baik : ≥ 80 %
Cukup : 60 – 79%
Kurang : < 60 %.
|
Ordinal
|
C. Definisi
Operasional
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif observasional
yaitu gambaran prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan Di RSUDZA Banda Aceh
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di instalasi
gizi RSUDZA Banda Aceh pada tanggal 14- 18
April 2014.
C.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 16 orang pramusaji Di
Instalasi Gizi RSUDZA Banda Aceh..
D.
Cara
pengumpulan data
Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi terhadap objek penelitian dengan menggunakan
kuesioner dalam bentuk form ceklist.
E.
Pengolahan Data
1.
Prilaku pramusaji dalam menyajikan
makanan
% score =
Keterangan :
Baik : ≥ 80 %
Cukup : 60 – 79 %
Kurang : < 60 %.
Analisis data diolah secara deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang
karakteristik subjek penelitian dan prilaku
pramusaji dalam menyajikan makanan disajikan dalam bentuk tabular dan tekstular.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
RSUDZA
terletak di jalan tgk daud beureueh no.108 banda aceh. Instalasi gizi merupakan
instalasi penunjang medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Instalasi Gizi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
terletak bersebelahan dengan ruang farmasi dan instalasi laundry. Dalam
manajemen system penyelenggaraan makanan, instalasi gizi ini menggunakan system
pengolahan semi outsourcing yaitu pengelolaan makanan oleh catering luar yang
tidak ada hubungannya dengan RSUDZA. Namun pengadaan fasilitas dapur menjadi
tanggung jawab RSUDZA Banda Aceh.
Katering
mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pelayanan gizi pasien berdasarkan
kebijakan dari direktur dan instalasi gizi runah sakit. Katering ini melayani
kebutuhan pasien dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan
memperkerjakan tenaga kerja. Metode yang diterapkan meliputi pembagian jadwal
kerja, uraian pekerjaan dan lamanya jadwal kerja. Pekerjaan karyawan katering
telah diatur dalam uraian tugas dan tanggung jawab yang telah disusun. Hal ini
diharapkan dapat memudahhkan setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya
masing-masing dengan baik. Jenis makanan yang dihidangkan meliputi makanan
diet, menu pilihan dan makanan selingan diet bagi pasien. Makanan yang
dihidangkan untuk pasien sudah memenuhi standar porsi secara tertulis. Makanan
yang dihidangkan untuk pasien sudah memenuhi standar porsi tertulis.
Pramusaji
makanan di instalasi Gizi RSUDZA Banda Aceh terdiri dari 16 orang. Tingkatan
pendidikan pramusaji yaitu SMA sampai sarjana. Semua tenaga pramusaji berjenis
kelamin laki-laki. Pendistribusian makanan kepada pasien dilakukan pada pagi jam
07.00 WIB, siang jam 12.00 WIB dan sore
jam 16.30 WIB.
Salah
satu kegiatan dalam penyelenggaraan makanan yang dilakukan di instalasi Gizi RSUDZA Banda Aceh
adalah pendistribusian makanan. Dimana
pada saat pendistribusian para pramusaji mengatur makanan yang telah disajikan
ke trolly yang telah disediakan agar bisa disajikan kepada pasien. Lalu makanan
dibawa keruangan pasien oleh pramusaji.
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh tentang prilaku pramusaji yang bekerja di
instalasi Gizi di RSUDZA
Banda Aceh diperoleh hasil sebagai berikut :
Table 1. Gambaran Prilaku pramusaji dalam menyajikan
makanan kepada pasien di RSUDZA
Banda Aceh tahun 2014
No
|
Prilaku
|
Pramusaji
|
Persentase (%)
|
1.
|
Baik
|
7
|
43,8 %
|
2.
|
Cukup
|
6
|
37,5 %
|
3.
|
Kurang
|
3
|
18,7 %
|
16 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa prilaku pramusaji
dalam menyajikan makanan di Instalasi Gizi di RSUDZA Banda Aceh, bahwa dari 16 orang
pramusaji, 7 orang pramusaji sudah melakukan prilaku yang baik terhadap
menyajikan makanan kepada pasien dengan nilai ≥80 % dikatagorikan dengan baik,
yaitu mengucapkan salam, mengetuk pintu, senyum, mempersilahkan makan, dan berbicara
kepada pasien. 6 orang pramusaji sudah melakukan perilaku yang cukup terhadap
menyajikan makanan kepada pasien dengan nilai 60-70 % dikatagorikan dengan cukup,
sedangkan 3 orang pramusaji belum melakukan sepenuhnya prilaku dalam menyajikan
makanan kepada pasien dengan nilai <60% dikatagorikan kurang, yaitu tidak
mempersilahkan makan kepada pasien dan tidak
berbicara kepada pasien. Jadi prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan
kepada pasien di Rumah Sakit Umum RSUDZA Banda Aceh sudah mencukupi namun belum
mencapai target yang maksimal.
Pramusaji memiliki peranan sebagai penyaji hidangan
memang tugas pokok seorang pramusaji, namun
menyajikan secara benar dengan standar pelayanan yang
telah ditentukan belum tentu dapat memberikan kepuasan pada tamu atau
pasien yang dilayani. Untuk itu,
pramusaji harus benar-benar memahami dari hakikat pelayanan yang diberikan
kepada tamu atau pasien serta aspek pendukung lainnya sehingga dapat
memberikan kepuasan yang mengesankan kepada atau pasien dirumah sakit (Fera,
2009).
Dalam pelayanan, pramusaji memiliki barbagai fungsi
yaitu Sebagai pemandu selera, Sebagai penyaji hidangan. Pramusaji menuntun
pasien untuk mendapat kembali selera makannya, Pramusaji dituntut untuk
melayani penyajian makanan kepada pasien, sesuai dengan standarisasi yang
dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri yang dapat membuat tamu merasa puas dan
nyaman terhadap pelayanan itu, Pramusaji dirumah sakit harus melayani dan
memberikan perhatian kepada para pasien, reputasi rumah sakit sangat didukung
oleh pramusaji yang telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik.
Seorang pramusaji harus cekatan, ramah,
dan memiliki dan mampu menahan amarah. Pramusaji harus mampu berbaur dengan
pasien dalam berbicara dan memiliki kemampuan untuk tersenyum di waktu dan
tempat yang tepat (Fera, 2009).
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
-
Perilaku pramusaji dalam mengucapkan
salam, menyapa pasien pada saat pendistribusian makanan di RSUDZA Banda Aceh
sudah tergolong baik dan mencukupi. Namun perilaku pramusaji pada saat
berbicara dengan pasien belum tergolong mencukupi karena hanya 5 orang dari 16
orang pramusaji yang melakukannya.
-
Tindakan pramusaji dalam mengetuk pintu,
senyum pada saat pendistribusian makanan di RSUDZA Banda Aceh sudah tergolong
baik dan mencukupi. Namun perilaku pramusaji pada saat mempersilahkan makan
pasien belum tergolong mencukupi karena hanya 5 orang dari 16 orang pramusaji
yang melakukannya.
B. Saran
Perlu penambahan
pengetahuan tenaga pramusaji melalui pelatihan dan penyegaran pelayanan makanan
kepada pasien agar kedepannya lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes , RI, 2010, Pedoman PGRS: pelayanan Gizi
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Admin, 2012. Sikap dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap, Dunia psikologi
Wikipedia. 2010. Etika
dan peranannya.
Fera, riska, 2009.
pelayanan pramusaji dalam meningkatkan kenyamanan para tamu.
Yogyakarta
Notoatmodjo., 2005. Promosi kesehatan dan ilmu
prilaku, Pt rinekacita, Jakarta.